Beberapa waktu lalu, Samsung baru saja merilis ponsel layar lipat terbaru mereka, yaitu Galaxy Z Fold 3 dan Galaxy Z Flip 3. Kedua ponsel ini “menjual” teknologi layar lipat, sesuatu yang dianggap futuristik bagi sebagian orang.
Galaxy Z Fold 3 memiliki dua layar. Layar utama berukuran 7.6 inci serta layar kedua berukuran 6.2 inci. Saat dilipat, layar kedua yang berukuran 6.2 inci adalah layar yang akan digunakan untuk berinteraksi dengan ponsel lipat ini.
Sedangkna saat dalam keadaan terbuka, layar utamanya yang seukuran tablet itulah yang akan menjadi tempat pengguna berinteraksi dengan ponselnya.
Sedangkan sepupunya, memiliki ukuran layar yang lebih “normal”. Layar utamanya berukuran 6.7 inci dan layar kedua berukuran 1.9 inci.
Layar keduanya memang tidak di desain untuk digunakan sebagai layar interaksi dengan ponsel. Layar ini digunakan untuk melihat informasi dasar seperti jam dan notifikasi.
Dari kedua model ponsel layar lipat buatan Samsung ini, Galaxy Z Flip 3 masih terbilang “normal”. Namun untuk Galaxy Z Fold 3, seperti sebuah perangkat yang dibuat tanpa tujuan.
Jika ingin pamer teknologi layar lipat, saya rasa Galaxy Z Flip 3 sudah lebih dari cukup karena masih dapat digunakan. Sedangkan Galaxy Z Fold 3, saya tidak bisa membayangkan pada kondisi seperti apa orang menginginkan ponsel dengan model dan bentuk yang aneh seperti ini.
Ponsel dengan layar yang dapat dilipat sendiri memiliki beberapa kekurangan. Pertama, karena memiliki komponen yang sering bergerak (yaitu layarnya), kemungkinan terjadinya kerusakan fisik akan jauh lebih besar.
Kerusakan dapat terjadi karena layarnya sendiri terlalu sering dibuka-tutup oleh pengguna, atau karena keteledoran pengguna. Keteledoran yang saya maksud ialah misalnya tidak sengaja menduduki layar ponsel sehingga patah terbelah dua.
Hal ini kemungkinannya jauh lebih kecil pada ponsel dengan layar dan bentuk “normal”. Jika tidak sengaja mendudukinya, tidak akan ada sesuatu yang fatal yang terjadi pada ponsel tersebut, selama kita langsung menyadarinya dan segera mengangkat bokong kita darinya.
Ok, diantara kamu mungkin ada yang berpikir “Mungkin Samsung membuat ponsel ini untuk mereka yang menginginkan ponsel dan tablet dalam satu perangkat”. Itu mungkin saja, mengingat Samsung Galaxy Z Fold 3 memiliki 2 layar (satu layar berukuran normal, dan satunya lagi layar berukuran tablet).
Namun harga Samsung Galaxy Z Fold 3 yang tidak murah akan mengurungkan niat orang-orang dengan kebutuhan tersebut untuk membelinya.
Varian termurahnya saja (12 GB/256 GB) dibanderol dengan harga Rp 25 jutaan. Sedangkan varian yang lebih tinggi (12 GB/512 GB) dibanderol dengan harga Rp 27 juta.
Ini sama saja membeli tablet dan ponsel itu sendiri. Bahkan untuk beberapa model, kamu bisa mendapatkan beberapa ponsel dan beberapa tablet.
Jika memang Samsung membidik orang-orang yang butuh tablet dan ponsel dalam satu perangkat, mereka harusnya menjual perangkat ini dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga 1 buah tablet + 1 buah ponsel flagship.
Alih-alih menghabiskan dana untuk R&D pengembangan ponsel layar lipat, saya pikir Samsung sebaiknya mengembangkan teknologi-teknologi lain yang lebih berguna. Mengembangkan teknologi baterai dengan kapasitas yang lebih besar misalnya.